ABSTRAK
Pada dasarnya, kemajuan Eropa yang sampai saat ini bisa dirasakan
pengaruhnya, merupakan suatu warisan dari adanya kejayaan yang luar biasa yang
pernah terjadi pada masa peradaban Islam. Namaun statemen ini tidak pernah
terlontar sedikitpun dari ilmuan-ilmuan barat saat ini, Justru sebagian tidak
mengakuianya. Andai saja pusat pemerintahan khalifah Bani Umayah tidak berdiri
di tanah Eropa, bisa di bayangkan, seperti apa peradaban yang terjadi saat ini.
Maka tak mengherankan jika sebelum Islam masuk ketanah tersebut, orang Eropa
hampir sepenuhnya belum mengetahui ilmu pengetahuan. Yang ada hanyalah
doktrin-doktrin gereja yang sama sekali kurang menguntungkan.
BANGKITNYA
PERADABAN EROPA
A.
Eropa
pada Abad Pertengahan; Sebuah Pengantar
Abad Pertengahan merupakan masa paling kelam dalam
periode sejarah Eropa. Sampai akhirnya era ini dijuluki sebagai The Dark Age (Abad Kegelapan). Abad
Pertengahan dimulai sejak abad II Masehi, yaitu sejak Konstantin Agung masuk
Kristen dan menyatakannya sebagai agama resmi Imperium Romawi. Kaum Kristen
hanya menang secara lahiriah saja karena bangsa Romawi banyak merugikan ajaran
Kristen ketika paham paganisme terserap ke dalam ajaran Kristen dan tingkah
laku pemeluknya. Sementara itu, pihak yang paling banyak memberikan andil dalam
penyelewengan agama ini adalah Kaisar Konstantin sendiri yang mengaku sebagai
penegak panji-panji agama Kristen.[1]
Sejak masa ini, Eropa berada di bawah tekanan dan
penindasan yang dilakukan oleh penguasa gereja dan penguasa Negara, kebebasan
dikekang dan akal dibelenggu sehingga ilmu pengetahuan tidak memperoleh
kemajuan. Selama berabad-abad Eropa ditekan oleh sistem religius yang menganut
permusuhan terhadap alam, Eropa tidak memiliki gaya atau semangat hidup dan
sama sekali tiada tempat bagi dunia penyelidikan ilmiah, bahkan pada masa itu Eropa
kehilangan hubungan dengan hasil-hasil capaian falsafah Yunani dan Romawi dari
mana kultur Eropa dahulu bersumber.
Sejarah Eropa pada Abad Pertengahan penuh dengan
perjuangan sengit antara kaum intelektual dan penguasa gereja. Kaum intelektual
Eropa melakukan berontaktidak hanya satu kali, tetapi berulang-ulang, namun
tetap saja ia berhasil dipatahkan oleh gereja. Penguasa gereja itu mendirikan
berbagai mahkamah pemeriksaan (Dewan Inquisisi) untuk menghukum kaum intelektual
serta orang-orang yang dituduh kafir dan atheis. Operasi pembantaian digerakkan
secara besar-besaran agar di Dunia Kristen tidak tertinggal seorang pun yang
dapat menjadi akar perlawanan terhadap gereja. Diperkirakan antara tahun 1481
hingga 1901, korban pembantaian Dewan Inquisisi mencapai 300 ribu jiwa termasuk
30 ribu jiwa dibakar hidup-hidup, di antaranya adalah sarjana fisika terkemuka
Bruno. Ia dihukum mati dengan cara dibakar hidup-hidup. Selain Bruno, Copernicus,
Galileo Galilei juga harus menjalani hukuman sampai mati di penjara karena
pendapatnya yang menyatakan bahwa bumi beredar mengitari matahari.
Berbagai
kreativitas sangat diatur oleh gereja. Dominasai gereja sangat kuat dalam
berbagai aspek kehidupan. Agama Kristen sangat mempengaruhi berbagai kebijakan
yang dibuat oleh pemerintah. Seolah raja tidak mempunyai kekuasaan, justru
malah gerejalah yang mengatur pemerintahan. Berbagai hal diberlakukan demi
kepentingan gereja, kaum gereja berpendapat, kehidupan manusia pada hakekatnya
sudah ditentukan oleh Tuhan. Maka tujuan hidup manusia adalah mencari
keselamatan. Pemikiran tentang ilmu pengetahuan banyak diarahkan kepada teologi.
Sampai pada kemudian masa ini melahirkan filsafat skolastik yaitu suatu
pemikiran filsafat yang dilandasi pada agama dan untuk alat pembenaran agama.
B.
Pengaruh
Peradaban Islam Di Eropa (Spanyol)
Penaklukan Islam atas Andalus dimulai sejak tahun 711
M. (abad 8 ) sampai 1492 ( abad 15) melalui kekuasaan dinasti Ummayah yang
berpusat di Cordoba (disebut pula Kalifah Barat). Masa
ini menjadi titik awal perubahan kondisi Eropa secara umum hususnya Sepanyol, Penaklukan
Islam telah berhasil melenyapkan bangsa Ghotia dan berbagai pengaruhnya dari negeri tersebut, sehingga
bangsa Ghotia tidak lagi
memiliki kekuatan, melainkan mereka yang berhasil melarikan diri ke pegunungan
Jaliqiah yang terletak di barat laut Spanyol. Kerajaan dan
harta kekayaan mereka telah berpindah tangan kepada bangsa Arab sebagai
penakluk. Sementara pemerintahan Islam membiarkan sebagian penguasa lama yang
telah membantu tetap memerintah, sehingga Julian dikembalikan pada posisi
semula sebagai penguasa Sabtah dan harta kekayaannya dikembalikan semua. Sedangkan
orang-orang Yahudi yang menderita dan terhina oleh Penguasa Ghatia
diperbolehkan bergerak di sektor perdagangan dan terlindungi di bawah
pemerintah Islam.[2]
Bangsa Arab
telah memperlakukan mereka yang selama masa itu hidup dan tertekan dengan baik,
sehingga pada masa pemerintahan Islam mereka memperoleh dan menikmati hak-hak
sipil secara luas.
Selain
itu, bangsa Arab juga
memperkokoh
stabilitas dan perdamaian diantara berbagai etnis yang berlainan. Karenanya
bangsa Spanyol sebagai bangsa yang patuh dengan pemerintah Islam didapatkan
sikap toleran sebagaimana yang diharapkan. Sebagian besar dari
penduduk lapisan bawah telah beralih menjadi pemeluk Islam yang taat. Perhatian
mereka kini beralih terhadap Islam dari kehidupan masa lalu di bawah para
pemimpin yang tidak pernah memperhatikan dan mengubah nasib buruk mereka serta
kehidupan yang penuh penindasan dan perampasan terhadap rakyatnya.[3]
Kedatangan Islam di Spanyol tidak begitu banyak
menghabiskan darah seperti ekspansi Islam ke wilayah-wilayah lain. Karena itu,
selama memasuki Andalusia (Spanyol), satu-satunya peperangan yang dialami
pasukan Islam dibawah Tariq dari tahun 711 sampai 714 M. adalah peperangan
melawan pasukan Raja Roderick.[4] Dengan masuknya
Islam ke Spanyol, maka
tatanan baru muncul dan pencerahan
terhadap bangsa Eropa dengan sebuah peradaban baru yakni peradaban Islam yang
dibawa oleh bangsa Arab dan masuk melalui Spanyol. Melalui interaksinya dengan Dunia Islam, Eropa menyadari
keterbelakangan dan ketertinggalan mereka. Interaksi tersebut menyebabkan
adanya sentuhan peradaban Islam terhadap mereka, Proses persentuhan itu ada
kalanya melalui proses interaksi damai dan ada pula dengan konflik-konflik
bersenjata, seperti dalam Perang Salib.[5]
Ketika Eropa
masih larut dalam keterbelakangannya, Andalusia telah tumbuh dalam kemajuan dan
kegemilangan peradaban. Muhammad Al-Husaini Rakha mengatakan,
"Di antara bukti kebesaran peradaban Spanyol bahwa di
Cordova saja terdapat lima puluh rumah sakit, sembilan ratus toilet, delapan
ratus sekolah, enam ratus masjid, perpustakaan umum yang memuat enam ratus ribu
buku dan tujuh puluh perpustakaan pribadi lainnya." [6]
Orang-orang
Eropa aktif berinteraksi dengan orang-orang Arab dan mengambil ilmu dari mereka
serta mengambil manfaat dari peradaban mereka. Orang-orang Eropa datang ke
Andalusia untuk belajar di universitas-universitas umat Islam. Di antara mereka
terdapat para tokoh gereja dan para bangsawan. Sebagai contoh salah
seorang yang sangat luar biasa kepandaiannya pada abad X bernama Gerbert
d'Aurillac. Ia menjadi paus Perancis pertama di bawah gelar Sylvester II. Ia
menghabiskan tiga tahun di Toledo dengan para ilmuwan Muslim. Ia belajar
matematika, astronomi, kimia, dan pelajaran-pelajaran lainnya. Beberapa wali
gereja atau pendeta tinggi
dari Perancis, Inggris, Jerman dan Italia juga lama belajar di Universitas
Muslim Spanyol.[7]
Ada kasus
menarik yang dialami oleh Frederik II (1211-1250) Kaisar Jerman yang juga
menjadi raja Napels dan Scilia. Ia merupakan seorang yang berjiwa besar dan
berpengetahuan tinggi. Ia dituduh orang masuk Islam dengan diam-diam karena
kaisar itu lebih suka tinggal di Italia Selatan dalam lingkungan alam Timur
daripada di Jerman yang belum maju. Di Napels didirikannya sebuah universitas
dengan tujuan memindahkan pengetahuan Arab ke Italia.[8]
Hal yang serupa Selain yang dialami Frederik II,
raja bangsa Eropa lainnya yang menaruh minat sangat besar terhadap kemajuan
ilmu pengetahuan kaum Muslimin adalah George III, raja Inggris. Dengan resmi,
ia menulis surat kepada Hisyam III khalifah kaum Muslim di Andalusia agar
diizinkan mengirimkan delegasinya untuk belajar di sekolah umat Islam
Andalusia. George III berkata dalam suratnya,
Dari George Raja Inggris, Ghal, Swedia, dan Norwegia
kepada khalifah kaum Muslim di Andalusia paduka yang mulia Hisyam III.
Dengan hormat,
Paduka yang mulia.
Kami telah mendengar kemajuan yang dicapai oleh
sekolah-sekolah ilmu pengetahuan paduka dan sekolah-sekolah industri di negara
paduka. Oleh karena itu, kami bermaksud mengirim putra-putra terbaik kami untuk
menimba ilmu-ilmu tersebut di negeri paduka yang mulia. Ini sebagai langkah
awal meniru paduka yang mulia dalam menyebarkan ilmu pengetahuan di wilayah
negara kami yang dikelilingi kebodohan dari empat penjuru.
Kami tunjuk Dubanet, putri saudara kami sebagai kepala
delegasi wanita Inggris untuk memetik bunga agar ia dan teman-teman delegasinya
bisa sehebat paduka, menjaga akhlak yang mulia dan memperoleh simpati
wanita-wanita yang akan mengajari mereka.
Hamba titipkan lewat raja kecil kami ini, hadiah apa
adanya untuk paduka yang mulia dan sudilah kiranya paduka menerimanya dengan
senang hati.
Tertanda
Hamba paduka yang patuh
George III [9]
Orang-orang
Eropa yang belajar di universitas-universitas Andalusia itu melakukan gerakan
penerjemahan kitab-kitab para ilmuwan Muslim yang berbahasa Arab ke bahasa
Latin dan mulailah buku-buku tersebut diajarkan di perguruan-perguruan tinggi
Barat. Ketika itu, bahasa Arab menjadi bahasa terdepan di dunia dalam masalah
ilmu pengetahuan. Orang yang ingin mempelajari ilmu pengetahuan harus pandai
berbahasa Arab, karena
berbicara dengan bahasa tersebut merupakan bukti tingkat wawasan
yang tinggi.[10]
Sebagaimana yang telah dikutip Haidar Bammate tentang pernyataan Philip K. Hitti, ia mengatakan,
"Selama berabad-abad, Arab merupakan bahasa pelajaran, kebudayaan dan
kemajuan intelektual bagi seluruh dunia yang berperadaban, terkecuali Timur
Jauh. Dari abad IX hingga XI, sudah ada hasil karya diberbagai bidang, di antaranya
filsafat, medis, sejarah, agama, astronomi dan geografi banyak ditulis dalam
bahasa Arab daripada bahasa lainnya."[11]
Pada abad XII
diterjemahkan kitab Al-Qanûn karya Ibnu Sina.[12]
mengenai kedokteran. Pada akhir abad XIII diterjemahkan pula kitab Al-Hawiy
karya Ar-Razi yang lebih luas dan lebih tebal daripada Al-Qanûn. Kedua
buku ini hingga abad XVI masih menjadi buku pegangan bagi pengajaran ilmu
kedokteran di perguruan-perguruan tinggi Eropa. Buku-buku filsafat bahkan terus
berlangsung penerjemahannya lebih banyak daripada itu. Bangsa Barat belum
pernah mengenal filsafat-filsafat Yunani kuno kecuali melalui karangan dan
terjemahan-terjemahan para ilmuwan Muslim.[13]
Tercatat di antara
nama-nama para penerjemah Eropa itu adalah Gerard (Cremona) yang menerjemahkan
fisika Aristoteles dari teks bahasa Arab, Campanus (Navarra), Abelard (Bath),
Albert dan Daniel (Morley) Michel Scot, Hermann The Dalmatian, dan banyak
lainnya.[14]
Orang Barat
mengakui bahwa, pada Abad
Pertengahan kaum Muslim adalah guru-guru bangsa Eropa selama tidak kurang dari
enam ratus tahun. Gustave Le Bon mengatakan bahwa terjemahan buku-buku bangsa
Arab (Islam), terutama buku-buku keilmuan, hampir menjadi sumber satu-satunya
bagi pengajaran dibanyak perguruan tinggi Eropa selama lima atau enam abad.
Dapat dikatakan,
bahwa pengaruh
bangsa Arab dalam beberapa bidang ilmu seperti ilmu kedokteran masih berlanjut
hingga sekarang. Buku-buku karangan Ibnu Sina pada akhir abad yang lalu masih
diajarkan di Montpellier. Le Bon juga mengatakan bahwa hanya buku-buku bangsa Arablah
yang dijadikan sandaran oleh Roger Bacon, Leonardo da Vinci, Arnold de
Philippe, Raymond Lull, San Thomas, Albertus Magnus, serta Alfonso X dari
Castella.[15]
Orang Eropa
juga memanfaatkan keunggulan ilmu orang Muslim dalam beberapa keperluan mereka.
Vasco da Gama misalnya, yang merintis jalan bagi Eropa menuju Semenanjung
Harapan, setelah menemukan jalan tersebut, ia bertemu dengan seorang pelaut Muslim Arab yang
bernama Ibnu Majid. Maka Ibnu Majid memperlihatkan kepadanya beberapa alat
untuk mengarungi laut yang dimilikinya, seperti kompas dan sejenisnya. Lalu
Ibnu Majid meninggalkan Vasco da Gama sebentar. Kemudian ia masuk ke ruangannya
dan kembali menemui Vasco da Gama bersama alat-alat yang membuatnya
terkagum-kagum. Selanjutnya, Vasco da Gama menawarkan kepada Ibnu Majid agar
menjadi guidenya menuju gugusan pulau India Timur.[16]
Lebih lanjut Abdul Mu’im Majid
mengklasifikasikan masuknya Peradaban Islam ke tanah Eropa dengan melalui empat cara
berikut ini:[17]
1. Melalui Andalusia (Spanyol).
Sebagian besar pengaruh
kebudayaan Islam atas Eropa terjadi akibat pendudukan kaum muslimin di Spanyol dan
Sisilia.[18] Selama
delapan abad lamanya Bangsa Arab menempati daerah ini, Karenanya
peradaban Islam menyebar di pusat-pusat tempat yang berbeda. Seperti: di Kordova,
Sevilla, Granada, Toledo.
Penduduk Andalusia
(Spanyol) mayoritas menganut ajaran masehi, yang kemudian terpecah dengan
datangnya peradaban Arab, Bahkan mereka
ganti bahasa mereka dengan berbicara dengan bahasa Arab. Mereka mengenal
istilah Mozabarabes, di mana kata ini yang
dalam bahasa Arab disebut mutha’rib.[19] Untuk itu pula
para pendeta Nasrani melakukan terjemahan Injil ke dalam bahasa Arab. Sebagaimana
disebutkan Syalabi bahwa orang Spanyol telah meninggalkan bahasa Latin dan
melupakannya. Seorang
pendeta di Cordova mengeluh, hampir di kalangan mereka tidak ada yang mampu
membaca kitab suci yang berbahasa Latin. Bahkan cendekiawan muda hanya mengetahui
dan memahami bahasa Arab.[20]
Sejak pertama
kali Islam menginjakkan kaki di Spanyol – sebagaimana disebutkan dalam paragrap
sebelumnya – hingga kerajaan Islam berakhir di sana. Islam memainkan peranan
yang sangat besar selama hampir 8 abad. Dari Spanyol lah peradaban
Islam pindah ke Eropa.
2. Melalui Sisilia
Kita mengetahui, bahwa bangsa
Arab menaklukan Sisilia di masa akhir dinasti Aghalibah yang berdiri di Afrika
(Sekarang Tunisia dan Al-Jazair) di era Abbasiah, yaitu dipertengahan abad 3 hijriah atau 10 Masehi, dan paska
Romawi menyerang daerah-daerah Islam. Ketika datang bangsa Fatimiah dan
membangun kekuasaannya di Barat, mereka juga menguasai Sisilia bagian dari
dinasti Aghalibah serta menguasai Selatan Italia sampai Roma. Penguasaan bangsa Arab terhadap
daerah-daerah Italia menyebabkan peradaban Islam menjadi luas, daerah-daerah
seperti Palermo, Messine, Siracusaa, Bari selanjutnya menjadi pusat
peradaban Islam di Italia. Sampa
dunia Kristen Latin daerah
ini merasakan pengaruh Muslim melalui Sisilia. Serangan pertama ke Sisilia
tahun 652 M., ketika kota
Siracusa dimasuki, orang-orang Arab memiliki angkatan perang yang mampu menandingi
angkatan perang Bizantium. Tetapi
pendudukan Arab
atas Sisilia tidak berlangsung lama seperti pendudukan atas Spanyol. Pada
pertengahan abad ke-18, ksatria Norman melihat bahwa mereka hidup dengan baik
di Italia bagian selatan, sebagai pedagang atau sebagai pengusaha militer
independen. Efesiensi kemiliteran mereka sedemikian rupa sehingga beberapa
ratus ksatria di bawah pimpinan Robert Guiscard telah berhasil mengalahkan
Bizantium dan mendirikan kerajaan Norman.
Pada tahun
1060, saudaranya Roger memimpin invasi ke Sisilia dan berhasil merebut Messina
dan berlanjut dengan pendudukan seluruh wilayah tersebut sampai 1091.[21] Dengan
demikian, kehadiran orang-orang Arab di Spanyol dan Sisilia, keunggulan Arab
secara perlahan menemukan jalur masuknya ke Eropa Barat. Meskipun Eropa Barat pada
saat itu telat menjalin hubungan dengan Imperium Bizantium, namun ia jauh lebih
banyak mengambil alih kebudayaan orang-orang Arab ketimbang orang-orang
Bizantium.[22]
3. Melalui datangnya orang-orang Salib
di Timur Islam.
Invasi atas
Spanyol dan Sisilia memberi arti bahwa suatu waktu Islam hadir di daerah
pinggiran Kristen Latin. Namun, kehadiran ini bukanlah persoalan pentingnya
menuntut reaksi besar-besaran, kecuali dari
wilatah-wilayah tetangga yang dekat dengan wilayah kaum muslim itu sendiri.
Karenanya reaksi itu menjadikan munculnya gerakan perang Salib pada abad ke XI. Hal ini dianggap
sebagai reaksi yang besar terhadap kehadiran Islam, tetapi pusatnya justru di
bagian Utara Perancis, yang jauh kontaknya secara langsung di Negara-negara
Islam.[23]
Selama perang Salib
ini telah mengakibatkan terjadinya tukar menukar pengaruh budaya di antara mereka,
atau lebih tepatnya penerimaan orang-orang Eropa atas corak-corak kebudayaan
Islam. Penyebaran budaya ini tidak di ragukan lagi dengan ditopang oleh keterampilan dan
ketangguhan orang-orang Arab dalam bidang perdagangan. Di seluruh wilayah
yang tunduk di bawah pemerintahan Islam, tidak hanya terdapat kebudayaan Islam
saja yang relatif homogen melainkan juga barang-barang yang dihasilkan kaum
muslim tersebar jauh melampaui batas-batas wilayah Islam.[24]
Selanjutnya
orang-orang Salib menetap di Timur Islam dalam waktu yang cukup lama. sejak abad 5 H. sampai 7 H. (Abad 12
sampai 17 M). Karenanya terjadi hubungan yang intensif dengan seluruh peradaban
Islam. Yang mengherankan mereka. Walaupun
peperangan terus terjadi antara kaum muslimin, hal itu tidak menutup para cendekiawan mereka
mengambil seluruh peradaban Islam dengan cara menyaksikan sendiri. Serangkaian
perang Salib di wilayah-wilayah Islam tidak diragukan lagi telah memberikan
sumbangan penyebaran kebudayaan Arab di Eropa Barat.
4. Pertukaran Perniagaan Antara
Timur dan Barat Melalui Mesir
Peristiwa ini
terjadi sejak datangnya bangsa Fatimiah di Mesir dan menjadikan Mesir sebagai
pusat politik, perdagangan dan kebudayaan. Karena itu penyerangan Mongol di
Irak menjadikan Mesir sebagai ka’bah
peradaban Islam di era dinasti Mamaluk sebagaimana dikatakan Ibnu Khaldun bahwa
munculnya peradaban di Mesir dengan kembalinya peradaban Islam sejak ribuan
tahun yang lalu. Maka muncullah di Mesir gerakan Ilmu dan seni yang menjadikan
para penuntut ilmu datang dari Timur dan Barat. Ibnu Khaldun melanjutkan dengan
perkataannya ”Saya tidak melihat Mesir kecuali sebagai induknya Ilmu,
wadahnya Islam dan sumber ilmu serta pusat perniagaan. Mesir telah membantu
kemajuan peradaban di Eropa, adapun kota-kota di Eropa seperti: Pisa, Genova,
Venezis, Napoli, Firenze memiliki hubungan dagang dengan Mesir. Kota-kota
inilah yang kemudian menjadi bangkitnya Eropa atau yang dikenal dengan renaissance
serta menjadi cikal bakal peradaban modern di Eropa.
C.
Kordova
Sebagai Pusat Peradaban
Pengaruh
datangnya Islam di Sepanyol benar-benar membrikan dampak yang sangat besar. Muhammad
Sayyid Al-Wakil menukil perkataan seorang penulis Amerika yang menggambarkan
keadaan Eropa pada masa itu, "Jika matahari telah terbenam, seluruh kota
besar Eropa terlihat gelap gulita. Di sisi lain, Cordova terang benderang
disinari lampu-lampu umum. Eropa sangat kumuh, sementara di kota Cordova telah
dibangun seribu WC umum. Eropa sangat kotor, sementara penduduk Cordova sangat concern dengan kebersihan. Eropa
tenggelam dalam lumpur, sementara jalan-jalan Cordova telah mulus. Atap
istana-istana Eropa sudah pada bocor, sementara istana-istana Cordova dihiasi
dengan perhiasan yang mewah. Para tokoh Eropa tidak bisa menulis namanya
sendiri, sementara anak-anak Cordova sudah mulai masuk sekolah." [25]
Cordova
merupakan ibu kota kekaisaran Andalusia (Spanyol), yang awalnya kota ini
ditaklukkan Tariq Ibn Ziyad melalui selat Giblatar (Jabal Tariq) dengan
panglima perangnya Musa bin Nusair. Kedatangan Islam di Spanyol merupakan titik
penting bagi penyebaran Islam di Eropa. Karena itu, Spanyol dianggap sebagai
gerbang pertama masuknya Islam di Eropa. Di Cordova, proses yang terjadi lain
adalah Pencarian ilmu diterima dengan tangan terbuka. Khalifah Abdurrahman Ad-Dakhil
(756-788 M) merupakan sosok khalifah pertama di Andalusia yang mau menerima
tradisi keilmuan dengan baik. Di saat kekhalifahannya, Ad-Dakhil membangun
masjid Cordova (755 M) yang masih megah hingga kini. Bangunan ini diakui oleh
dunia sebagai bukti masa keemasan Cordova di bawah kekhalifahan Islam.
Zaman
keemasan berlanjut hingga kekhalifahan Abdul Rahman an-Nashir atau Abdurrahman
III (912-961 M). Meskipun menjadi khalifah di usia belia (23 tahun), namun
Abdurrahman III mampu mengukir sejarah luar bisa. Dia merupakan khalifah yang
mampu menjaga stabilitas negerinya dengan baik. Di masanya, Cordova dibangun
sebuah universitas yang megah dengan perpustakaan yang di dalamnya terdapat
ratusan ribu buku, Hal itu menjadikan Cordova sebagai pusat peradaban. Kondisi
kota yang menakjubkan, rumah-rumah yang indah, kesejahteraan rakyatnya,
perpustakaan dengan jumlah tidak sedikit, dan keteraturan dalam berbagai hal,
termasuk kehidupan sosial multiagama (Islam, Kristen dan Yahudi) yang dapat
berjalan beriringan.
“Kiblat
Peradaban” yang dipegang Cordova menjadi pelajaran yang berharga bagi Barat
saat itu, khususnya antara kurun waktu abad ke-8 sampai ke-13. Banyak di antara
para ilmuwan Cordova laiknya Ibnu Thufail (1107-1185), Ibnu Baitar (1190-1248),
Ibnu Arabi (1164-1240), Ibnu Bajjah (1082-1138), dan tentu saja Ibnu Rusyd
(1126-1198) yang menjadi guru bagi Barat untuk “melek” pengetahuan. Sehingga,
dalam kurun waktu tersebut Barat banyak mengirimkan sarjana untuk belajar di
Cordova, meskipun pada akhirnya Cordova sendiri ––setelah dua setengah
abad––harus “tenggelam” dihancurkan kekuatan Kristiani (Aragon dan Isabella
dari Castile pada tahun 1492) yang kemudian mengubur kecemerlangan Islam di
sana.[26]
D.
Munculnya
Renaissance
Terbangunnya
sebuah peradaban di Andalausia, perlahan membrikan dampak yang besar bagi Eropa.
Setalah Eropa mengenal ilmu pengetahuan, dan secara politik Islam mulai
mengalami kemunduran, maka muncullah sebuah revolusi besar, yaitu Renaisans.
Renaisans merupakan periode sejarah yang mencapai titik puncaknya kurang
lebih pada tahun 1500. Perkataan "renaisans" diambil dari bahasa Perancis Renaissance yang artinya adalah "Lahir
Kembali" atau "Kelahiran Kembali". Yang dimaksudkan biasanya
adalah kelahiran kembali budaya klasik terutama budaya Yunani kuno dan budaya Romawi kuno. Pada masa ini, ditandai oleh kehidupan yang cemerlang di
bidang seni, pemikiran maupun kesusastraan yang mengeluarkan Eropa dari kegelapan intelektual abad pertengahan. Masa Renaissance bukan suatu perpanjangan yang berkembang
secara alami dari abad pertengahan, melainkan sebuah revolusi budaya, suatu
reaksi terhadap kakunya pemikiran serta tradisi Abad pertengahan.
Abad Renaisans adalah suatu gerakan kebudayaan
antara abad ke-14 hingga abad ke-17, bermula di Italia pada akhir Abad Pertengahan dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa. Gerakan ini mencakup kebangkitan
pengetahuan berdasarkan sumber-sumber klasik, tumbuhnya panutan pada Sri Paus
dan segala sesuatu yang anggun, perkembangan gaya perspektif dalam seni lukis,
dan kemajuan ilmu pengetahuan. Gerakan Masa Pencerahan memberikan efek yang
luar biasa pada semua usaha untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, tetapi
mungkin yang paling terkenal adalah kemajuan dari segi kesenian dan kontribusi
dari para polymath (orang yang memiliki ilmu yang tinggi dalam berbagai
macam hal) seperti Leonardo da Vinci dan Michelangelo, yang menyebabkan munculnya sebutan “Renaissance Men”.
Perkembangan pertama renaisans terjadi di kota Firenze. Keluarga Medici yang memiliki masalah dengan sistem
pemerintahan. Kepausan menjadi penyokong keuangan dengan usaha perdagangan di
wilayah Mediterania. Hal ini membuat para intelektual
dan seniman memiliki kebebasan besar karena tidak lagi perlu memikirkan
masalah keuangan dan mendapatkan perlindungan dari kutukan pihak gereja. Keleluasaan ini didukung oleh
tidak adanya kekuasaan dominan di Firenze. Kota ini dipengaruhi secara bersama
oleh bangsawan dan pedagang. Dengan kebebasan besar itu, seniman bisa berkumpul
dan mendirikan gilda-gilda seni yang mengangkat nama banyak seniman terkenal.
Melalui gilda ini seniman mendelegasikan pekerjaan, bekerja sama, hingga
mendidik bakat-bakat baru.
Selian itu ada satu hal lagi kejadian
penting yang melatar belakangi munculnya Renaissance,
yaitu Perang Salib. Karena pada
saat itu gereja dan kerajaan di Eropa bisa di bilang dalam keadaan lemah karena
sedang berperang. Hal itu memberikan peluang kepada para seniman, ilmuan, dan para
kaum humanis untuk mendobrak tradisi lama dan mengembalikan kejayaan Eropa seperti
pada jaman Romawi dan Yunani kuno.
E.
Reformasi
Agama
Agama Kristen yang mulai tersebar
secara resmi tahun 328 M. merupakan agama terbesar di dunia dengan jumlah
penganut mencapai 1.965.993.000 pada tahun 1998 dan di perkirakan pada tahun
2025 akan naik menjadi 2.25 milyar.[27]
Dibalik angka kuantitas yang
menakjubkan, penganut agama yang di bawa oleh nabi Isa a.s. ini terdapat
berbagai keracuan yang menjadikan para penganutnya, dirasakan hanya sebatas
mengakui beragama Kristen saja akan tetapi tidak menjadikannya sebagai way
of life.
Dari kerancuan-kerancuan tersebut
timbul kritikan dari para pengikutnya diataranya, Nicolaus Copernicus (1543 M),
seorang pendeta yang mencetuskan teori Helio Centris. Teori tersebut
menentang kebijakan gereja yang selama ini mempunyai faham filsafat Ptolemaeus
yang mengatakan bahwa bumi sebagai pusat tata surya, Faham Copernicus langsung
dibungkam oleh pihak gerja, akan tetapi pihak gereja tidak memberikan hukuman
terhadap Copernicus dikarenakan dia adalah seorang pendeta. Pihak gereja hanya
melarang bukunya yang berjudul “De Revolutionibus” tersebar dan
memasukannya terhadap buku-buku terlarang.
Seperti halnya di pembahasan sub bab
sebelumnya, pada tahun 1594. Gardano Bruno melakukan hal yang sama seperti pendahulunya
Copernicus, akan teatapi dia bernasib lain, akibat teorinya, dia harus mendekam
di penjara selama enam tahun dan pada tahun 1600 M. dan dihukum mati dengan
dibakar hidup-hidup. Selanjutnya Faham Helio
Centris kemudian dikumandangkan kembali oleh fisikiawan Jerman Johannes
Kapler (1571-1630) dan Galileo Galilei (1564-1642) dengan penemuan teleskop
sederhana, yang menjadikannya (Galileo) harus dipenjara hingga umur 70 tahun,
kemudian dia bertobat dikarenakan ketakutan nasibnya akan sama dengan Bruno.
Munculnya revolusi yang dijuluki Renaissance telah menyuburkan peradaban yang luar biasa terhadap Eropa,
tidak hanya pada bidang kesenian, kebudayaan, politik maupun ilmu pengetahuan,
namun juga menyebabkan sikap kritis terhadap kehidupan gereja (agama). Dengan
kondisi itulah sampai kemudian memunculkan sebuah reformasi besar terhadap
agama yang dipelopori Martin Luther pada tahun 1517 dengan gagasan pokok
pikirannya yang sangat kritis, sehingga diikuti oleh ilmuan-ilmuwan lain dari
beberapa Negara di Eropa.
Pada tahun 1642 bertepatan dengan
meninggalnya Galileo lahirlah ilmuan baru Ishac Newton, seorang penemu teori
Gravitasi Bumi, sehingga dengan penemuanya dia berhasil mendobrak kebodohan
Gereja dan mengubah worldview baru bagi eropa dalam memahami agama.[28]
New ton bukan saja menkritik gereja dalam masalah sains akan tetapi dia juga
mengkritik teori Trinitas, seperti yang dikatakan dalam bukunya The
Philosophical Origins of Gentile Theology, bahwa sebenarnya nabi Nuh telah
membuat agama bebas tahayul dimana tidak ada kitab suci yang berisi wahyu-wahyu
dan tidak ada lagi misteri , tapi Tuhan yang bisa dikenal melalui perenungan
Rasional terhadap alam semesta.[29]
Pada tahun 1670 M dia mengumumkan
bahwa ajaran trinitas dibawa oleh Athanius untuk mencari muka orang-orang Pagan
yang baru masuk agama Kristen sekaligus Athanius sendiri yang memberikan
tambahan-tanbahan terhadap Injil.[30]
Sehingga Newton berakhir pada kesimpulan
bahwa Tuhan bisa dicapai oleh akal melalui perenungan alam semesta -seperti
tokoh pendahulunya Rene Deccartes- bukan melalui al-Kitab.
Keruntuhan otoritas gereja menjadikan
bangsa Eropa terbagi menjadi dua aliran dalam memahami Agama, Pertama,
Aliran Deisme, di mana aliran ini masih mempercayai akan adanya Tuhan
tapi tidak mempercayai akan ayat-ayat tuhan. Tokoh-tokohnya antara lain: Rene
Decrates (1596-1650 M), Martin Luther(1483-1556 M), Huldrych Zwingli (1483-1556
M), John Calvin (1509-1564 M), Isac Newton (1642-1724 M), John Lock
(1632-1704), Immanuel Kant (1724-1804 M) dan para pengikut-pengikut mereka
seperti Calvinis (Pengikut John Calvin), Lutheran (Pengikut Martin Luher). Di antara
ajaran-ajarannya yang paling mendasar adalah: Pertama, Beriman kepada
satu Tuhan yang disebut “Deus”.[31]
melalui kotemplasi akal baik melalui Mekanika (seperti Newton) atau Matematika
(seperti Decrates). Kedua, tidak mempercayai mitos wahyu, Ketiga,
tidak mempercayai mukjizat yang bersifat misterius dan bertentangan dengan akal
sehat. Keempat, mempercayai Tuhan sebegai pencipta alam dari ketiadaan (Cratio
ex nihilo). Kelima, membagi kehidupan kepada: Alam, Tuhan dan Akal.
Aliran Kedua, adalah atheisme
atau materialisme, yang pertama meluncurkan gagasan ini adalah George Wilhelm
Friedrich Hegel (1770-1831 M) dengan menyatakan dalam bukunya Phenomenology
of Mind (1807 M) bahwa Roh Universal hanya bisa mencapai kesempurnaan jika
ia menenggelamkan dirinya ke dalam kondisi-kondisi batas ruang dan waktu, roh universal
paling mungkin diwujudkan dalam pikiran manusia. Jadi, manusia juga harus
mencampakan konsep lama tentang Tuhan transenden, supaya ia dapat memahami
bahwa dirinya memiliki sifat Tuhan juga.[32]
Selanjutnya gagasan sekular Hegel dilanjutkan muridnya Ludwig Feuerbach
(1804-1872 M) yang menyatakan bahwa agama dapat memisahkan manusia dari Tuhan,
Tuhan itu sempurna sedangkan manusia tidak, Tuhan itu abadi sedangkan manusia
fana, Tuhan itu maha kuasa sedangkan manusia lemah.
Adapun Karl Marx (1818-1883 M),
menulis dalam buku Economic and Philosophical Manuscript, bahwa agama
merupakan gejala masyarakat yang sakit, agama adalah candu masyarakat yang bisa
menerima sistem sosial yang rusak. Agama menghilangkan keinginan untuk
menemukan obat dengan mengalihkan perhatian dari dunia ini kepada akhirat.
Ketidak percayaan atas Tuhan dibuktikan pula secara `Ilmiah` oleh Charles
Darwin (1809-1882 M), dalam buku kontroversialnya The Origin of Species by
Means of Natural Selection (1859) dengan teori evolusinya. Ia menolak teori
yang telah lama dipercayai Gereja yaitu teori cratio ex nihilo.[33]
Dengan teorinya tersebut, Darwin mencoba memisahkan intervensi Tuhan dalam
penciptaan alam dan kehidupan mahluk hidup di dunia ini. Atheisme berpuncak
pada deklarasi kematian Tuhan pada tahun 1882 oleh Friedrich Nietzsche
(1844-1900 M) melalui bukunya The Gay Science.[34]
Kedua faham inilah yang merasuki
masyarakat Eropa dari mulai akhir abad ke 17 masehi sampai sekarang, sebagai
konsekwensi sekaligus rival atas kebobrokan otoritas gereja yang selama
beratus-ratus tahun bangsa Eropa merasa dibodohi oleh kekuatan gereja dan dikekang
olehnya. Sehingga mereka menamakan jaman sebelum revolusi dan reformasi sebagai
The Dark Age dan menamakan jaman setelahnya sebagai Renaissance.
F.
Penutup
Sebagian kalangan sejarawan Eropa mengklaim, bahwa
kemajuan yang saat ini terjadi merupakan peradaban yang diwarisi oleh nenek
moyang mereka (langsung dari Yunani). Ia beranggapan, Eropa saat ini adalah
bukti pengaruh kemajuan Eropa dijaman yunani kono yang tidak bisa dihilangkan
sampai sekarang. Banyak penemuan-penemuan ilmiah yang ditemukan oleh ilmuwan
muslim kala itu, saat ini diklaim bahwa penemuan-penemuan tersebut merupakan
penemuan orang Eropa.
Tetapi, bagaimanapun argumentasi yang dimunculkan,
perjalanan sejarah masa lalu Islam tidak mudah dihapus begitu saja, kendati
banyak cara yang telah dilakukannya. Banyak sekalai berbagai peninggalan
penting yang ditinggalkan oleh kerajaan islam, saat ini dirubah fungsinya untuk
mengahapus sejarahnya. Seperti sebuah masjid besar di Cordova yang kini
keberadaannya menjadi gereja. Tetapi cordova tetaplah menjadi bukti bisu bahwa
masuknya islam ketanah tersebut menjadi cikal bakal kemajuan eropa yang eksistensinya
bisa dirasakan hingga sekarang.
Kemajuan sepanyol disaat kekusaan islam, memberikan
arti penting, bahwa sesungguhnya islam dimasa lalu memiliki peradaban yang
sangat luar biasa. Bukan saja Karena yunani kuno telah lebih dulu mengenal
metodelogi ilmu pengetahuan, tetapi penemuan-penemuan yang terjadi dalam islam
saat itu juga banyak sekali yang belum ditemukan disaat peradaban yunani. Oleh
karena itu, kemajuan yang terjadi dalam islam bukanlah suatu peradaban yang
diwariskan oleh yunani kuno, melainkan merupakan peradaban yang dimunculkan oleh islam itu
sendiri. Berbeda halnya dengan eropa, kemajuan yang terjadi di eropa haingga
kini, itu tidak lian karana berdasarkan perebuntan dan konfilik besar, hingga
menewaskan ribuan nyawa (perang salib), dengan itu eropa bangkit dan mengalami
kemajuan.
BIBLIOGRAFI
Al-Qaradhawi, Yusuf, Distorsi Sejarah
Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005)
Armstrong, Karen, Berperang
demi Tuhan; Fundamentalisme dalam Islam, Kristen dan Yahudi (jakarta,
Mizan, 2002)
Bahauddin, H.A., Tarikh al-Islam,
Jilid 2, terj. (Jakarta: Kalam Ilahi, 2003)
Bammate, Haidar, Kontribusi Intelektual Muslim Terhadap Peradaban Dunia, (Jakarta, Darul Falah, 2000)
bin Abdurrahman Al-Hawali, Safar, Al-Ilmaniyyah;
Nasyatuha wa tathowuruha wa atsaruha fi hayati al-Islami al-Mu`ashirah.(t.k.,
t.p., t.t.)
bin Ahmad bin Ali al-Muqraizi, Taqiyuddin, Nafkh at-Thib
min Ghusn al-Andalus, jilid 1 (Mesir: Bulaq, 1862)
http//:Siwang.com, Semangat Islam Kordova, 14 Desember
2011.
Husni, Musthafa, Khazanah Peradaban
Islam. (Bandung: Pustaka Setia. 2002)
Husni, Musthafa,
Refleksi Peran Agama Indonesia, www.hidayatullah.com
Husaini, Adian, Refleksi Peran Agama di Indonesia, Hidayatullah.com.
Majid, Abdul Mun’im, Tarikh al-Hadharah al-Islamiyah fil
Ushuri al-Wustho, (Cairo: Maktabah Misriyah,1978)
Romein, Era Eropa;Peradaban
Eropa Sebagai Penjimpangan Dari Pola Umum, (Bandung, Pustaka Setia, 1956)
Sayyid
Al-Wakil, Muhammad, Wajah Dunia Islam Dari Dinasti Bani
Umayah Hingga Imperialisme Modern (Jakarta, Pustaka
Al-Kautsar, 1998)
Syalabi, Mausu’ah Tarikh,
(Mesir: Maktabah Nahdah al-Misriyah,1983)
Quthb, Muhammad, Perlukan Menulis Ulang Sejarah Islam. (Jakarta, Gema Insani
Press, 1995)
Watt, Montgemary, Islam dan
Peradaban Dunia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 1997)
[1]
http//:Siwang.com, Semangat Islam Kordova, 14 Desember
2011.
[2] Taqiyuddin
bin Ahmad bin Ali al-Muqraizi, Nafkh at-Thib min Ghusn al-Andalus, jilid
1 (Mesir: Bulaq, 1862),126-127.
[3] H.A
Bahauddin, Tarikh al-Islam, Jilid 2, terj. (Jakarta: Kalam Ilahi, 2003),
82.
[4] Roderick adalah raja Kristen yang memaksakan
keyakinan Trinitas kepada kaum Nasrani Aria dan lebih meyakini Nabi Isa sebagai
utusan Tuhan semata.
[5]
Perang salib terjadi
setelah eropa mulai mengalami kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, terjadilah
peperangan antara orang Kristen dengan Islam untuk merebut kekuasaan.
[6] Muhammad Sayyid
Al-Wakil, Wajah Dunia Islam Dari Dinasti Bani
Umayah Hingga Imperialisme Modern (Jakarta, Pustaka
Al-Kautsar, 1998),
319
[7]
Haidar Bammate,
Kontribusi Intelektual Muslim Terhadap
Peradaban Dunia, (Jakarta, Darul
Falah, 2000), 44-45
[8]
Romein, Era Eropa;Peradaban Eropa Sebagai
Penjimpangan Dari Pola Umum, (Bandung,
Pustaka Setia, 1956),52
[17] Lihat Abdul
Mun’im Majid, Tarikh al-Hadharah al-Islamiyah fil Ushuri al-Wustho,
(Cairo: Maktabah Misriyah,1978)
[18] W.
Montgemary Watt, Islam dan Peradaban Dunia, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka, 1997), 2
[19] Mustha’rib
adalah kelompok yang tetap kepada
keyakinannya tapi meniru adat istiadat bangsa Arab baik bertingkah laku maupun
bertutur kata.
[20] Syalabi,
Mausu’ah Tarikh, (Mesir: Maktabah Nahdah al-Misriyah,1983), 89-90.
[21]
W.Montgemary, Islam dan Peradaban….., hal 6-7.
[26] http//:Siwang.com, Semangat Islam Kordova, 14 Desember
2011.
[27]
Adian Husaini, Refleksi
Peran Agama di Indonesia, Hidayatullah.com.
[28] Safar
bin Abdurrahman Al-Hawali, Al-Ilmaniyyah; Nasyatuha wa tathowuruha wa
atsaruha fi hayati al-Islami al-Mu`ashirah.(t.k., t.p., t.t.), 57-59
[29] Karen
Armstrong, Berperang demi Tuhan;
Fundamentalisme dalam Islam, Kristen dan Yahudi (jakarta, Mizan, 2002),106
[33] Ibid, hal-146
How to win at gambling at casinos - DRMCD
BalasHapusCasino gambling is legal in several states in the U.S. and the District 영천 출장마사지 of Columbia. If you want 김천 출장마사지 to 거제 출장마사지 try your luck, you 평택 출장샵 are on 부산광역 출장안마 the